31 Juli 2015
Juventus, 33 kali juara Italia. Olympique Marseille, 10 kali juara Perancis. Kedua tim berjaya di negerinya masing-masing, total keduanya menjuarai 70 trofi kompetisi utama.
Karena kedua klub paling prestisius di Eropa ini akan bertemu di Stade de Velodrome Sabtu ini, Juventus.com meninjau kembali karir Didier Deschamps, seorang pria yang pernah mengecap sukses besar bersama Juventus dan Marseille.
DI ATAS LAPANGAN

Hanya sedikit pemain yang telah mencapai banyak kesuksesan di kedua tim seperti Deschamps.
Pria Perancis gagah berani itu bersanding dengan Pauolo Sousa menjadi dua pemain Juventus yang telah menjuarai Liga Champions di era modern di Juve dan klub lain, meraih semua itu hanya dalam jangka waktu tiga musim, pertama di tahun 1993 bersama Marseille dan kemudian lagi di tahun 1996 bersama Sang Nyonya Tua.

Lebih dahulu membela Nantes, Deschamps tiba di Marseille dengan reputasi yang sedang menanjak. Namun begitu, baru setelah dipinjamkan ke Bordeaux di musim 1990/91 sang gelandang kuat itu mendapat tempat di klub dari pesisir Selatan Perancis.
Sekembalinya ke Marseille, Didier meninggalkan jejak dalam sejarah klub, meraih gelar Ligue 1 dua tahun berturut-turut pada 1991 dan 1992 dan Liga Champions di tahun 1993, menjadikan hanya Marseille satu-satunya klub yang mampu melakukannya.
Tak lama setelah itu, Bianconeri datang memanggil dan Deschamps pun menyeberangi pengunungan Alpen menuju Turin dimana ia menempatkan dirinya sebagai salah satu pemain paling berprestasi di Eropa dan gelandang bertahan paling dinamis.
Dibawa ke klub ini di tahun 1994, Didier menjadi figur tak tergantikan dalam tim binaan Marcelo Lippi, ditempatkan dengan mitranya di lini tengah, Antonio Conte, dan kemudian Zinedine Zidane dan Edgar Davids.
Selama lima tahun berikutnya, ia terus memboyong trofi juara, membawa pulang tiga gelar Serie A, satu Piala Italia, dua Piala Super Italia, gelar Liga Champions keduanya di tahun 1996 dan Piala Interkontinental di akhir tahun tersebut.

Deschamps memenangkan segalanya di level klub. Namun setelah mengkapteni negaranya saat menjuarai dua trofi internasional pada pagelaran Piala Dunia 1998 dan Piala Eropa di tahun 2000 Didier pun pensiun dan menjadi ikon dari generasinya.
DI KURSI KEPELATIHAN
Bagi seorang pemain dengan pengetahuan dan pengalaman sebanyak itu, tak diragukan lagi sang pria Perancis akan melangkah maju ke dunia kepelatihan. Tak lama setelah pensiun dari karir sebagai pemain, Monaco menawari Deschamps tugas pertamanya di tingkat manajemen, sebuah kesempatan yang ia sambut dengan tangan terbuka.
Secara mengejutkan membawa tim kuda hitam itu ke final Liga Champions di tahun 2004, dimana ia kalah dari Porto asuhan Jose Mourinho, Deschamps kembali ke Juventus sebagai pelatih di tahun 2006 dimana ia sukses mengangkat Sang Nyonya Tua kembali ke Serie A di musim pertamanya.


Namun demikian, sampai di situ saja karir kepelatihan di klub yang pernah ia bela ini.
Selama tiga tahun memegang kendali di Marseille, Didier menambahkan dua gelar Ligue 1 lagi dalam catatan prestasinya beserta tiga Piala Liga dan penampilan di perempat final Liga Champions pada tahun 2012, menyamai rekor prestasi terbaik tim itu di kancah Eropa sejak saat ia meninggalkan mereka pada tahun 1993.

Dengan akan digelarnya kejuaran Eropa pada musim panas tahun depan di negerinya sendiri, salah satu pemain impor Juve dari Perancis itu berkeinginan mengisi bagian yang kosong dari lemari pialanya, sebuah trofi juara internasional sebagai seorang manajer, dan para bintang Bianconeri asal Perancis, Paul Pogba dan Patrice Evra, siap mengisi skuad asuhannya.