17 Maret 2017
DASAR-DASAR
Didirikan pada 1899, Barcelona telah 24 kali menjuarai La Liga, 28 gelar Piala Raja Spanyol (Copa del Rey), 12 Piala Super Spanyol, lima trofi Liga Champions, empat Cup Winners’ Cup dan lima Piala Super Eropa.
Bersama dengan Atletico Bilbao dan rival di El Clasico, Real Madrid, Blaugrana (julukan Barcelona), yang warna seragam resminya merah dan biru, tak pernah terdegradasi dari divisi utama Liga Spanyol sepanjang sejarahnya.

Empat dari kesuksesan mereka menjuarai Liga Champions Eropa terjadi dalam 12 tahun terakhir, suatu periode dimana mereka total delapan kali mencapai babak semifinal.
PERTEMUAN-PERTEMUAN DI MASA LALU
Undian babak perempat final pada Jumat malam (17/3) di Nyon mempertemukan dua raksasa Eropa ini untuk kesembilan kalinya dalam sejarah Liga Champions, yang kedua kalinya dalam hanya tiga musim setelah kedua klub sama-sama berjuang hingga final di Berlin pada tahun 2015.
Pertemuan terakhir antara keduanya di babak yang menggunakan sistem dua putaran terjadi juga di babak perempat final kompetisi ini pada musim 2002/03, sebuah laga yang tak hilang dari ingatan para fans Bianconeri dengan gol penentu kemenangan Marcelo Zalayeta di menit ke-114 di Camp Nou.


Pada pertemuan pertama di Stadio Delle Alpi, Paolo Montero membawa pasukan Marcelo Lippi unggul satu gol sebelum gol Javier Saviola memastikan modal yang bagus buat Barcelona untuk laga putaran kedua sepekan kemudian.
Didorong oleh keinginan untuk mementahkan gol tandang Barcelona, Juventus unggul lebih dulu di menit ke53 melalui Pavel Nedved, namun Xavi mencetak gol penyeimbang dan memaksakan babak tambahan waktu.
Dengan semakin dekatnya babak adu penalti, Zalayeta menyundul umpan silang Alessandro Birindelli dan gol saat waktu menunjukkan menit ke-114, membuat seluruh suporter tandang bersorak dan Bianconeri pun melaju ke semifinal dimana mereka kemudian menyingkirkan Real Madrid dengan cara yang serupa spektakulernya.
SUASANA DI SPANYOL
Mengalihkan perhatian ke kancah domestik, perjalanan Barcelona di musim ini ditandai dengan inkonsistensi.
Kekalahan 2-1 dari Deportivo La Coruna akhir pekan lalu berpotensi menghilangkan peluang tim Catalan mempertahankan trofi La Liga, karena mereka kini berada enam poin tertinggal dari pemuncak, Real Madrid, dan telah memainkan lebih banyak pertandingan.

Berkat senjata-senjata serangan dalam diri Messi (23 gol) dan Luis Suarez (21), tamu berikutnya di level Eropa yang akan datang ke Juventus Stadium ini sejauh ini begitu berkuasa dalam mencetak gol di liga (77 gol) sementara hanya Villareal (19 gol kebobolan) yang lebih baik dari mereka dalam hal bertahan (23 gol).
Sejak sekarang hingga 11 April, tiga dari empat laga domestik Barca akan dimainkan tandang melawan Valencia (19 Maret), Granada (2 April) dan Malaga (8 April) sementara peringkat ketiga sementara, Sevilla, akan bertandang ke Camp Nou pada di sela-sela laga tersebut tadi pada 5 April.
PERJALANAN SEJAUH INI
Setelah menyarangkan 20 gol di fase grup – mencetak lebih dari empat gol dalam tiga kesempatan berbeda, termasuk saat menghempaskan Celtic 7-0 di Camp Nou – Barcelona jelas diperkirakan akan membawa performa menakjubkannya ke putaran pertama babak 16 besar dimana mereka dipertemukan dengan Paris Saint-Germain.
Akan tetapi kekalahan telak 4-0 di ibukota Perancis bisa membuat Barca tersingkir dini namun perjuangan luar biasa mereka membalikkan keadaan yang bersejarah itu mampu mencegah mereka gagal mencapai setidaknya babak perempat final untuk pertama kalinya sejak 2007.
Yang terjadi justru di luar dugaan ketika tiga gol di menit-menit akhir, dua diantarana dicetak pada perpanjangan waktu, membalikkan agregat 5-3 untuk menghasilkan kebangkitan yang luar biasa dalam sejarah olahraga.
Gol epik penentu kemenangan Sergi Roberto pada menit ke-95 adalah gol ke-26 Barca pada turnamen ini sejauh ini – lebih banyak dari tim manapun – sementara Lionel Messi memuncaki daftar pencetak gol terbanyak dengan 11 gol, gol terakhirnya yang membawa anak asuh Luis Enrique unggul 3-0 pada laga malam itu melawan PSG.